Anggota Dewan Tanggapi Meningkatnya Kasus Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak di Jateng

Javamedia.id – Semarang, Anggota Komisi E DPRD Jateng, Krisseptiana atau Tia Hendi,  memberikan tanggapan atas meningkatnya kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak di Jawa Tengah yang masih tergolong tinggi.

Budaya patriarki, kurangnya kesadaran akan hak-hak perempuan dan anak, serta kesenjangan ekonomi menjadi faktor utama. Oleh karena itu menurut Tia, edukasi sejak dini terhadap anak sangat diperlukan sebagai langkah preventif.

“Meskipun sudah ada regulasi yang mengatur seperti sanksi pidana, tetapi yang perlu kita perkuat adalah aspek pencegahannya. Bagaimana kita bisa mengedukasi anak-anak sejak kecil, agar mereka memahami mana yang benar dan salah,” tuturnya.

Tia juga secara khusus menanggapi banyaknya kasus KDRT yang terjadi di Jawa Tengah. Menurutnya kasus KDRT bukan merupakan masalah intern rumah tangga atau ranah privat, tapi sudah masuk ranah publik.

“Selama ini masyarakat sebenarnya mengetahui terjadinya KDRT di lingkungan sekitarnya, tetapi mereka tidak melaporkan karena kekhawatiran itu adalah urusan rumah tangga orang lain,” katanya.

Akibatnya, kata istri mantan Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi itu, dampaknya justru semakin parah dan tak jarang menimbulkan korban jiwa di pihak perempuan dan anak.

“Di Semarang, JPPA (Jaringan Perlindungan Perempuan dan Anak) terus mengedukasi bahwa KDRT bukan ranah privat, tapi sudah ranah umum, ya. Laporkan kalau mengetahui. Ini sebagai upaya preventif,” ujarnya.

Tia mendorong pemerintah daerah juga meningkatkan pengawasan di wilayah masing-masing, terutama terhadap potensi kekerasan terhadap perempuan dan anak.

“Kita minta Pemerintah untuk lebih aktif melakukan monitoring di wilayahnya masing-masing, serta memberikan pemahaman dan edukasi kepada anak-anak dan perempuan agar mereka terhindar dari kekerasan,” kata Tia saat ditemui Javamedia di ruang kerjanya, Jumat (18/7/2025).

Selain itu, rasa trauma bagi korban KDRT, termasuk anak akan membekas lama, apalagi jika mereka menyaksikan sendiri tindak kekerasan itu dan sampai mengakibatkan korban jiwa.

Ia pun berharap seluruh pihak yang berwenang dapat segera bertindak, mulai dari menjatuhkan sanksi tegas kepada pelaku hingga memberikan pendampingan psikologis (trauma healing) kepada para korban.

“Kasihan sekali, mereka pasti sangat trauma. Saya berharap pihak-pihak yang berwenang, baik dari kepolisian maupun tenaga pendamping psikologis, segera turun tangan menyelesaikan persoalan ini,” ungkapnya.

“Kalau di Semarang sudah, misalnya mereka diikutkan pelatihan wirausaha, dan sebagainya. Tidak kemudian hanya khusus korban KDRT, tapi ada pelatihan mereka ikut bareng, jadi tidak minder juga,” kata mantan Ketua Forum Kota Sehat seluruh Indonesia itu. (Psw)

Mari berbagi:

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *