Kisah Haji, Sampai Arab Nama Jadi Jokowi & Sahrini

SEMARANG JAVAMEDIA.ID – Ada pengalaman menarik dari perjalanan haji pasangan Sani Faisal-Arifah Umroh asal Grobogan ketika sampai ke tanah suci. Mendadak pasangan muda ini pun kaget ketika dipanggil oleh orang-orang Arab yang menawarkan dagangannya dengan nama beken Jokowi dan Sahrini.

“Ya awalnya saya nggak ngeh, orang teriak-teriak memanggil Jokowi dan Sahrini. Saya yang mendengar mengira di sekitar saya jalan ada Pak Jokowi Presiden kita dan Sahrini yang kami kenal artis Indonesia ternama. Setelah kami menoleh untuk mencari sosok tersebut, ternyata mereka menghampiri saya yang sedang bersama suami. Kami baru sadar bahwa panggilan itu ternyata untuk kami berdua. Nama Jokowi ternyata untuk memanggil jamaah haji pria Indonesia. Sedang Sahrini untuk memanggil jamaah haji perempuan Indonesia,” ungkap Arifah Umroh yang tak lain owner Gubug Doyan Vape Jalan Raya Gubug-Purwodadi Grobogan saat ditemui di rumahnya, Jumat (7/7/2023).

Ada kisah-kisah lain yang unik selama memulai perjalanan haji dari tanah air menuju tanah suci dan kembali lagi ke Indonesia. Kisah yang kadang diluar nalar juga sering dilihatnya dan bisa menjadi pelajaran.

Arifah menceritakan adanya jamaah haji yang tiba-tiba hilang ingatan sesaat menjelang berangkat ke tanah suci. “Jadi masih di Donohudan tiba-tiba seorang bapak jamaah haji tiba-tiba seperti lupa siapa dirinya. Sampai istrinya menangis menyaksikannya. Secara fisik sehat jasmaninya, tapi ketika dipanggil -panggil tidak menyahut dan tidak mampu menjawab. Ditanya pun tidak bisa menjawab, meski akhirnya ke mana-mana harus digandeng. Ketika sampai di tanah suci pun juga ada kejadian sama, bedanya ini yang mendadak hilang ingatan adalah seorang jamaah haji perempuan. Hingga suaminya pun yang meladeni dengan menggandeng kemana pun saat melaksanakan ibadah,” ungkap Arifah.

Yang membuat iba, seorang bapak tersebut dengan tulus ikhlas dan sabar melayani sepenuh hati istrinya yang mendadak kondisinya lupa ingatan. “Mungkin saya memang harus menerima keadaan seperti ini. Ini sudah kehendak Allah agar saya lebih ikhlas dalam menerima dan merawat istri saya saat berhaji,” ungkap bapak tersebut ditirukan Arifah.

Sani Faisal, suami Arifah Umroh pun menceritakan pengalamannya yang dialami saat melempar jumrah. “Saat kami berdua akan melempar jumrah, tiba-tiba ego kami diuji dan ditunjukkan oleh Allah di situ. Tiba-tiba saya yang diminta untuk memotret istri dengan HP saat lempar jumarah tidak mau, lalu istri marah-marah hingga kami saling mendiamkan. Saat itu saya merasa marah juga dan tidak terima atas kemarahan istri hanya gara-gara saya tak mau memotretnya, tapi setelah turun baru sadar bahwa pengalaman diluar dugaan ini saya kira cara Allah mengingatkan. Saat itu juga saya sadar diri bahwa berada di tanah suci harus membuang semua rasa egois kita. Saat itu saya memang ingin fokus ibadah, hingga mengabaikan istri yang minta tolong saya. Tampaknya ini diingatkan oleh Allah,” ungkap Sani Faisal.

Kesadaran sama pun diakui oleh Arifah. Bahwa semestinya dirinya tak boleh marah dan mengganggu suaminya yang sedang melaksanakan lempar jumrah. Keduanya akhirnya saling menyesali dan endingnya justru saling memaafkan yang tak terlukiskan kesyahduannya.

“Di tanah suci, apalagi sedang melaksanakan ibadah haji benar-benar diuji kesabaran dan keikhlasan kita. Makanya tidak boleh sombong dan menilai buruk orang. Contoh yang sering adalah merasa kuat atau takabur. Saya awalnya juga bangga dan bersyukur di awal haji masih merasakan stamina prima di tengah teman yang suaranya sudah parau. Namun ternyata di akhir menuntaskan haji, justru suara menjadi parau. Karena itu kita tak boleh jumawa,” tandas Sani Faisal.

Pengalaman lain Arifah justru sering dimarahi oleh jamaah haji perempuan asal Afrika yang berbadan kekar. Hanya karena kesenggol sedikit, jamaah tersebut memarahi dengan nada keras. “Karena saya tidak paham apa yang diomongkan, maka saya diam saja. Saya hanya bisa bilang sorry…sorry…., tapi saya dibela oleh para Askar. Mereka para Askar justru memarahi jamaah Afrika yang menganggap tak mau mengalah dengan jamaah yang berbadan kecil,” kenang Arifah.

Kenangan yang tak pernah dilupakan Sani Faisal ternyata kesempatan ikut mencari jamaah yang hilang karena tersesat. Pencarian dilakukan dengan cara berjalan kaki hingga jarak mencapai 10 kilometer.

“Pencarian ini cukup sulit karena semua jamaah mengenakan pakaian ihram yang sama semua. Hampir taka da tanda spesifik. Namun Alhamdulillah akhirnya bisa ketemua juga. Kami sangat yakin kalua bukan karena Allah yang mempertemukan tidak akan bisa. Seperti mencari satu jarum di tumpukan jerami,” kata Sani.

Kenangan lain adalah bagaimana memanfaatkan minimnya air yang ada di kamar mandi dan toilet, sehingga jamaah pun harus membagi air minuman dalam kemasan juga untuk keperluan wudhu dan lainnya.
Arifah mengakui sebenarnya fasilitas kamar mandi banyak, namun yang berfungsi layak dengan air yang cukup dan lancar bisa dihitung dengan jari. Sehingga jamaah harus antri dan pintar menyiasati.

Akan kendala tersebut, Sani Faisal menilai bukan karena kesalahan penyelenggara haji dari Indonesia, namun dari pihak Saudi Arabia yang terkesan kurang siap menghadapi haji yang jumlahnya makin bertambah.

“Hebatnya jamaah haji Indonesia ketika menghadapi berbagai kendala justru tidak protes atau marah-marah. Mereka justru bersabar dan mencoba untuk ikhlas. Karena sebagian besar umumnya menganggap hal tersebut sebagai cobaan yang harus diterima dengan ikhlas. Maka kami tidur yang semestinya satu bed untuk berdua dan akhirnya harus diisi bertiga pun kami terima dengan ikhlas dan suka cita,” tutup Sani Faisal. (Dirgham AF)

Mari berbagi:

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *