Simon Dodit Berpulang, Indonesia Kehilangan Fotografer Toleransi

Semarang JavaMedia.Id – Dunia Jurnalistik Foto Indonesia kehilangan salah seorang jurnalis foto terbaiknya, Simon Dodit Yogo Pitoyo yang meninggal dunia dalam perawatan di RS Elisabet Semarang, kamis (21/12/2023) pukul 01.50 WIB.
Simon Dodit adalah jurnalis foto yang hingga akhir hayatnya bergabung dengan Harian Suara Merdeka. Di kalangan jurnalis, Simon inten menyuarakan Toleransi Antar Umat Beragama melalui karya-karya fotonya, baik karya jurnalistik maupun human interest. Simon yang juga menjadi dosen tidak tetap Prodi Komunikasi di Universitas Katolik Soegijapranata ini juga kerap memenangi lomba foto baik lingkup daerah maupun internasional.
“Belum lama ini beliau memenangi Lomba Foto yang digelar Kominfo Provinsi Jawa Tengah. Foto yang diikutkan meski temanya Penanggulangan Stunting namun menyiratkan pesan toleransi dimana fotonya berkisah tentang aktifitas di Gereja Bongsari yang membagikan makanan sehat dan bergizi kepada masyarakat melalui kegiatan yang berjudul Piring Kasih. Sedianya almarhum juga berhak berangkat ke China untuk ikut studi jurnalisme yang dibeayai Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, namun karena beliau merasa kurang sehat, akhirnya urung ikut,” ujar Chandra AN, salaha satu dewan juri lomba foto Kominfo Provinsi Jawa Tengah.
Selain foto ‘Piring Kasih Atasi Stunting’ menjadi Juara I di Lomba Foto Kominfo Provinsi Jawa Tengah 2023, foto ‘Generasi Toleransi’ juga memenangi Lomba Foto tingkat Nasional yang diselenggarakan Yayasan Fotografi Indonesia tahun 2023.
Hingga akhir hayatnya, Simon Dodit masih mengampu sebagai Redaktur Foto Harian Suara Merdeka. Wartawan foto, anak buah Simon di Suara Merdeka, Maulana Muhammad Fahmi mengatakan pribadi seniornya itu sangat kuat dan teguh sebagai jurnalis foto. Tak pernah mengeluh dan tak sungkan terjun sendiri memotret liputan di saat banyak acara atau kegiatan namun tenaga peliputnya tak ada.
“Mas Simon meski sebagai redaktur tidak suka main perintah, apalagi saat media menghadapi Pandemi Covid 19 yang sangat hati-hati menerjunkan fotografer ke lapangan. Kadang beliau sendiri yang turun ke lapangan hanya karena menjaga anak buahnya. Kondisi seperti ini lah yang bisa kami jadikan contoh semangatnya,” ujar MM Fahmi.
Chandra AN juga mengungkapkan bahwa Simon Dodit merupakan salah satu seniornya dalam Pendidikan Jurnalistik Foto yang digelar Departemen Penerangan kala Pemerintahan Orde Baru. “Simon ini kakak dua tingkat saya di pendidikan yang dibimbing Kartono Ryadi (Kompas), Ed Zoelverdy (mat Kodak) dan bernadus Sendow (Suara Pembaharuan). Kami sama-sama yang dinobatkan sebagai lulusan terbaik meski beda angkatan. Namun almarhum selalu rendah hati ketia saya ajak sebagai juri foto. Katanya pingin sebagai peserta lomba saja supaya terus aktif memotret, dan karyanya memang teruji bagus serta sering menyabet juara. Kalau saat kalau almarhum tak malu untuk meminta masukan dewan juri atas kelemahan fotonya,” kenang Chandra AN.
Di dalam keorganisasian wartawan, Simon juga aktif di PWI Jawa Tengah dan pernah bersama memiim Seksi Foto. kenangan yang tak terlupakan ketika bersamanya menggelar Pameran Media Pers dan Foto Jurnalistik saat HPN di Era Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Semarang.
Simon jga aktif di organisasi Pewarta Foto Indonesia Kota Semarang dan menjadi salah satu pendiri bersama Chandra AN (saat itu Kompas), R Rekotomo (LKBN Antara), MM Fahmi (saat itu Radar Semarang Jawa Pos), Budi Mercon Tempo), Weynes (wawasan), Bowo Pribadi (Republika) dan Tubagus P Svarajati (Majalah Fotomedia).
Jenasah Simon Dodit disemayamkan di rumah duka Jl Candi Pawon Timur II No 5 Panjangan Semarang. Pukul 10.00 WIB akan dibawa ke Gereja St Agustinus Panjangan untuk Misa Requim dan pukul 12.00 WIB dimakamkan di TPU Bergota II Kembangarum, Kamis (21/12/2023).
Selamat Jalan Jurnalis Foto Toleransi. (Hdr)