Lima Komunitas Gowes Gelar Gobar Semar Menyusuri Rute Sejarah Perjuangan Kota Semarang
Javamedia.id – Lima komunitas pesepeda Kota Semarang menggelar Gowes Bareng bertajuk Gobar Semar untuk pertama kali besok Minggu (13/3). Kelima komunitas itu adalah Komunitas Gowes Katahati, Ronggolawe (Rombongan Gowes Seduluran Saklawase), Sinwa (Sinar Waluyo), SBCC (Soto Bangkong Cycling Community) dan Photocycle Community.
Gobar Semar kali ini mengambil rute Start di Simpang 3 Klipang kemudian menuju jl. Fatmawati-Soekarno Hatta-Citarum-Kota Lama-Widoharjo-Karangdoro-Ronggowarsito-Tawang-Cenderawasih-KotaLama-Pemuda-Tugumuda-Mgr Soegjapranata-Bundaran Siliwangi-Soegijapranata-Tugumuda-Pandanaran-Trilombajuang-TIK-Pahlawan-Simpanglima-Pahlawan-TMP. Jika dihitung jarak tempuh sekitar 20 km .
Gobar yang diinisiasi oleh Komunitas Katahati ini akan diikuti oleh kurang lebih 200 pegowes dan mengambil tema Napak Tilas Sejarah Perjuangan Kota Semarang. Tempat dan jalan yang dilalui dalam rute Gobar ini dipilih karena di sepanjang rute itu terdapat peninggalan bersejarah perjuangan rakyat Semarang dalam melawan penjajah saat pertempuran limahari.
Chandra AN, Ketua Photocycle, penggagas rute napak tilas ini mengatakan, Gobar akan melintasi TPU Ketileng, tempat Sayuto, tokoh Pertempuran 5 Hari Semarang dimakamkan. Sayuto dikenal sebagai salah satu tokoh jagal tentara Jepang.
Kemudian lewat Bukit Tegal Kangkung yang pada April 1946 merupakan tempat pengintaian pejuang RI terhadap kedudukan dan aktifitas tentara Belanda. Para pejuang yang bermarkas di Bukit Tegal kangkung ini menamakan markasnya MEDAN TENGGARA. Karena letaknya di tenggara Kota Semarang dan dulu masih ikut wilayah Mranggen. Pada tanggal 3 April 1946 belanda menghujani Medan Tenggara dengan peluru artileri Meriam hingga membuat kedudukan markas hancur. Banyak pejuang yang terluka dan gugur.
Selanjutnya melewati Jl. Arteri Soekarno-Hatta
yang jadi Rute Gerilya Pasukan Gerilya Kota dan Sungai Banjir Kanal Timur sebagai Garis Batas Demarkasi. Lalu, Jl. Citarum (Kali Progo) tempat pasukan pemuda dan rakyat Semarang menembaki pasukan jepang yang bertahan di Setilahan (sekarang SMPN 6 Semarang) – Jl. Widoharjo – Kampung Batik (kiri) pernah menjadi tempat atau basis rencana penyerbuan dalam Serangan Oemoem yang direncanakan Budhanco Moenadi pada Pertempuran 5 Hari Semarang 16 Oktober 1945. Serangan Oemoem gagal dilaksanakan karena keburu ketahuan Jepang dan Kampung Batik dibakar.
Kemudian, Jl. Karangdoro (Raden Patah). Terdapat Kampung Bedug dan Kampung Gedongsari, kampung tempat mengungsikan warga kampung batik sebelum serangan umum. Seorang warga Kampung Bedug Ridkhon tewas ditembak kepalanya oleh tentara jepang dari atas menara gereja Gedangan, saat menjelang shalat dhuhur. Jenasahnya dimakamkan di belakang masjid Kampung Bedug.
Selanjutnya, Jl. Ronggowarsito. Gereja Gedang, dulu ketika Pertempuran 5 Hari meletus sempat dikuasai tentara Jepang (Kidobutai) – Jl. Cinderawasih – Jl. Mayjen Soeprapto – Jl. Pemuda. Jembatan Berok, dulu merupakan tempat tentara Jepang mengumpulkan para pemuda Semarang dan membunuhnya.
Lalu peserta melakukan regrouping si depan Gedung Papak atau Gedung Pajak (kiri) tempat Sayuto, anggota PETA menemukan warga Jepang dan dibunuh – Gedung Kampus Hukum Untag Semarang, tempat bersejarah Pembacaan Naskah Proklamasi pertama kali di Kota Semarang oleh Mr Wongsonegoro (wakil Residen Semarang). Nama gedung ini dulunya Javahokookai – Markas Angkatan Muda atau dulu dikenal Bodjong 87-89. Terletak di sebelah Dealer Yamaha Jalan Pemuda. Dulu tempat berkumpulnya para pemuda yang tergabung dalam Angkatan Muda Semarang dan mengatur strategi pengamanan Kota Semarang saat meletus Pertempuran 5 Hari.
Lanjut ke Kantor Denpom IV/5 Semarang (kanan), dulu dikenal dengan nama Gedong Kaca – Lawang Sewu, dulu Kantor Perkereta Apian dan markas pemuda yang tergabung dalam Angkatan Muda Kereta Api – Gedung Museum Mandala Bhakti dulu Markas Polisi Istimewa Indonesia. Saat meletus Pertempuran 5 hari juga menjadi sasaran pembersihan. Ada banyak Polisi Istimewa gugur dan dimakamkam dalam satu liang di TMP Giri Tunggal Semarang – Jl. Mgr Soegijapranata. Kampong Bulu Stalan, dulu pemudanya dikenal sebagai para pejuang dengan tokohnya Thoyib Ikhsan (rumahnya Penjahit Gaya Jl Suyudono). Di kampong Bulu Stalan juga terdapat pejuang keturunan Tionghoa bernama Ko Siang Bo yang ditembak Jepang da dimakamkan di TMP Giri Tunggal.
Kemudian, Jembatan Banjir Kanal Barat tempat Pemuda mencegat Jepang yang masuk dari wilayah Barat (melarikan diri dari Kendal / Pabrik Gula Cepiring), dilanjut LP Wanita Bulu, dulu saat Pertempuran 5 Hari dijadikan tempat menawan Jepang oleh Pemuda. Saat Jepang membabi buta membunuh tiga anggota BKR ( R Bisoro, Taman, Ngasman) di markas BKR Tlogobayem (Gedung Kampus Unisbank), dilakukan pembalasan dendam oleh teman-teman R Bisoro anggota BKR. Mas Niti Atmodjo yang melakukan pembunuhan atas puluha tentara dan warga sipil jepang yang ditawan di LP wanita Bulu.
Masuk Jl. Pahlawan. Bundaran Pahlawan, tempat dr Kariyadi dicegat dan ditembak tentara Jepang saat hendak memeriksa Tandon Air Wungkal yang dikabarkan diracun Jepang. Gobar finish di Taman Makam Pahlawan (TMP) Giri Tunggal dulunya meruapakan tempat untuk melakukan pencegatan tentara Jepang yang ditawan di Asrama Pelayaran dan melarikan diri saat awal Pertempuran 5 Hari. Ada beberapa Jepang yang tertangkap pemuda Gergaji dibawah pimpinan Wuryanto dan dieksekusi di tanjakan Siranda.
“Di sini, perwakilan pesepeda melakukan ziarah dan tabur bunga ke makam para pemuda dan prajurit yang gugur dalam pertempuran merebut dan mempertahankan kemerdekaan RI,” ungkap Chandra. ***