Tarian Karya Yoyok Priyambodo di TBJT Jadi Sumber Inspirasi

SURAKARTA, JAVAMEDIA.ID – Pentas Tari Kreasi karya Yoyok Bambang Priyambodo, maestro Tari Indonesia yang juga pengasuh Sanggar Tari Greget Semarang sering menjadi perhatian karena telah mempengaruhi inspirasi para pelaku seni, khususnya tari.
Makanya, saat mementaskan Tari Manggar Kampung Melayu dan Tari Tenun Lurik di Taman Budaya Jawa Tengah (TBJT) Surakarta, Sabtu (23/9/2023) lalu, banyak kalangan pecinta seni tari hadir menyaksikannya.
Karya-karya Prof Dr Yoyok Bambang Priyambodo ini menurut banyak pihak sarat akan pembaruan kreasi. Selain itu juga sarat akan nilai filosofi budaya, bahkan ada hal-hal nilai kesakralan.
Dalam perhelatan seni dalam tajuk Gelar Tari Jawa Tengah ke-3 yang digelar Forum Silaturahmi Sanggar Tari Jawa Tengah bersama Taman Budaya Jawa Tengah kemarin telah membuktikan aura magis tarian ciptaan Yoyok yang menyedot perhatian penonton.
Pertunjukan tari dari berbagai darah Jawa Tengah ini juga menampilkan diantaranya Tari Lengger Gunungsari dan Tari Ocar Acir dari Sanggar Graha Mustika Kabupaten Banyumas, Tari Batik Gringsing dari Sanggar Jagadhita Kabupaten Batang, Tari Salatiga Super Tangguh dari Sanggar Sakuntala Kota Salatiga, dan Tari Pelangi Perbatasan oleh Padepokan Seni Tari Giyan Laksita Kabupaten Cilacap.
Di TBJT, tarian karya Yoyok muncul sebagai tarian hasil ekplorasi dan rizet budaya pesisiran yang digali dari pesisir Kota Semarang Tempo Dulu.
Yoyok memang tak asal menciptakan produk tarian. Melainkan dia harus mendalami dulu budaya masyarakat yang akan menjadi latar belakang tariannya. Dari sini lah setiap produk tari Yoyok mengandung nilai filosofi, bahkan sebagian orang mengatakan banyak yang sakral.
Pada tampilan di Taman Budaya Jawa Tengah, Yoyok Bambang Priyambodo menampilkan Tari Manggar Kampung Melayu dan Tari Tenun Lurik.
Yoyok mengungkapkan, di abad ke tujuh belas, jejak langkah peradaban pesisir pantai utara, utamanya sekarang di wilayah Dadap Sari tumbuh budaya yang didasari perpaduan Melayu dengan Jawa. Nuansa Islami sangat mendominasi budaya pesisiran Semarang kala itu.
Manggar yang merupakan bunga atau cikal bakal buah kelapa yang banyak tumbuh di pesisir menjadi salah satu simbol budaya yang diangkat. Dimana setiap kemeriahan acara budaya selalu ada ‘kembang manggar’ yang selalu ikut di arak. Selain itu ada pula bebunyian musik rebana dengan alunan musiknya yang rampak.
Pementasan Tari Manggar Kampung Melayu cukup memukau hadirin. Yoyok mengakui tidak sendiri merampungkan tari karya ciptanya ini. Dia dibantu Annastasya Rahmadani sebagai asisten pelatihnya. Juga muridnya, Deva Amelia sebagai penari Ratu Gayatri, dan penari lainnya seperti Adinda Sekar, Talitha Yumna, Dhiara Adinda, Quinsha Ajrina, Gabriel Jessica, Rizki Wulan, Nayla Salsabila, Amanda Kikantya, Fatma Azkia, Rareta Fellishka, Izza Aurellia, Anindya Aulia, Andhira Alifah, dan Trigaluh Wilujeng.
“Tarian ini merupakan sebuah sajian Tari Kreasi Tradisi Pesisiran Semarangan yang terinspirasi dari Budaya Kampung Melayu Kecamatan Semarang Utara Kelurahan Dadapsari Kota Semarang. Arak-arakan Manggar dan tetabuhan rebana mengelilingi kampung merupakan tradisi budaya turun-temurun sejak dahulu dan keberadaanya kami jadikan sumber penggarapan karya tari sehingga bias menjadi bentuk atraksi wisata budaya di Kampung Melayu Semarang,” ujar Yoyok.
Sajian kedua, Tari Tenun Lurik juga tak kalah apiknya. Tari ini menggambarkan latar belakang produk kerajinan lurik warisan leluhur bangsa Indonesia utamanya di Pedan Kabupaten Klaten, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Jepara dan lainnya di Jawa Tengah yang hingga kini masih lestari dan berkembang.
Berbeda dengan Tari Manggar Kampung Melayu, dalam melatih gerak Tari Lurik ini Yoyok diasisteni Maria Benita dan Fairuz Salma. Adapun penari Sanggar Greget yang terlibat antara lain Nabila Najwa, Arifa Cita, Lathifah Oktavia, Ema Raihanah, Naysilla Noor, Syahrani Novaliza, Syakira Kamila, Naifah Vania, Dwi Alya, Mustika Sari, dan Gadiza Almaghfira.
Iringan ke dua Tarian tersebut disusun oleh Canadian Mahendra dengan Penata Rias dan Busana Tri Narimastuti, serta Pimpinan Produksi Sangghita Anjali, Sekar Arum, Hasya Alvinki, Maria Benita, Annastasya Rahmadani, Veroma Billy, Arifin, Agus Winarno, dan Tri Narimastuti.
Gelar Tari Jawa Tengah Ke-3 ini merupakan ruang ekspresi bagi generasi muda dalam melahirkan kreativitas karya Tari dan Karawitan serta sebagai ruang Apresiasi para Budayawan, Seniman, Penari, Pemusik, dan Kelompok Sanggar Tari di Jawa Tengah untuk terus maju berkreasi berinovasi.
Banyak kalangan pecinta dan pengamat tari berharap pentas-pentas ini tak hanya menjadi ruang apresiasi, melainkan juga menjadi wahana inspirasi untuk penciptaan dan pengembangan seni tari kreasi. Kehadiran sosok Yoyok Bambang Priyambodo diharap bias menjadi pemantik tumbuhnya kreasi seni tari, tak hanya di Jawa Tengah melainkan Indonesia. (Adhie)