Dukung Pelestarian Keroncong, KPKS Support Pengrajin Alat Musik Semarang

SEMARANG JAVAMEDIA.ID – Solo memang dikenal sebagai rumah keroncong, dimana telah berhasil mengembangkan dan melestarikan keroncong sebagai musik warisan budaya bangsa Indonesia yang kini telah mendunia. Namun diakui, alat musik keroncong sangat terbatas dibuat maupun dijual di pasaran. Kondisi ini lah yang mempengaruhi laju penyebaran musik keroncong, terutama keroncong asli atau klasik. Dan maka bermunculan lah keroncong yang dibawakan dengan solo organ atau keyboard.

Produksi alat musik keroncong menjadi barometer kehidupan keroncong di suatu daerah. Termasuk Silo yang berkembang keroncongnya ditopang banyaknya industri alat keroncong di kota tersebut. Jagja pun demikian, sudah mulai tumbuh industri alat keroncong.

Di Semarang, kota yang tak kalah melahirkan banyak seniman keroncong pun mulai memenuhi sendiri kebutuhan alat musik keroncong. Adalah Bengkel Alat Musik Keroncong Komunitas Pelaku Keroncong Semarang (KPKS) yang kini mensupport pelestarian keroncong.

Bambang Wisnu selaku pemilik dan pengrajin alat musik keroncong ‘KPKS’ mengaku awalnya hanya sebagai bengkel yang meneriman perbaikan saja. Khususnya bagi grup-grup keroncong daerah Semarang.

“Tapi lambat laun ada yang meminta saya untuk membuat alat keroncong sendiri, begitu saya membuatnya langsung banyak yang order. Semua saya buat dari kayu mangga dan mahoni. Antara lain cuk atau ukulele, crang, cello petik dan bass,” katang Bambang.

Menurut Bambang, order diterima dari grup-grup keroncong Kota Semarang hingga luar daerah. Produk yang kini digemari adalah yang sudah dilengkapi spul atau mic internal yang bisa langsung dihubungkan dengan sound system. Adapun harga untuk sepasang cuk dan cak tanpa spul mencapai Rp 750 ribu, cello petik Rp 3,5 juta dan bass bethot Rp 6 juta.

Bambang mengunggulkan karyanya dalam hal suara dan tampilan bentuk yang artistik. “Finishing juga kami perhatikan agar menatik dilihat saat manggung,” kata Bambang di bengkelnya, Jalan Sanggung 181 Jatingaleh Semarang.

Deddy selaku Ketua KPKS mengaku sangat mensupport bengkel alat musik keroncong milik anggotanya, Bambang Wisnu. Alasannya, karena belum cukup produsen yang bisa menyediakan alat musik keroncong sesuai kebutuhan, baik dari kualitas suara, estetika bentuk, kualitas materi serta harganya bisa dijangkau.

“Kami sangat diuntunckan karena pengrajinnya pun adalah seniman atau pemusik yang faham kebutuhannya akan kualitas sound alat,” kata Deddy.

Ditanya kendala yang dihadapi, Bambang Wisnu mengungkapkan masih seputar tingginya permintaan yang belum bisa dicukupi dengan cepat. “Kami memproduksinya masih secara konvensional, belum menggunakan alat pertukangan modern. Maklum karena belum cukup modal untuk beli mesin. Sedangkan untuk pemasaran tidak ada masalah, karena sudah pasti adalah komunitas atau grup,” papar Bambang Wisnu. (Haidar)

Mari berbagi:

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *