Sesepuh Hamkri Adji Muska Apresiasi Komunitas Pelaku Keroncong Semarang

SEMARANG JAVAMEDIA.ID – Sesepuh keroncong Kota Semarang yang juga sesepuh Himpinan Artis Musik Keroncong Indonesia (HAMKRI) Adji Muska mengapresiasi para seniman yang tergabung dalam Komunitas Pelaku Keroncong Semarang (KPKS).

Apresiasi ini disampaikan saat bertemu para pelaku keroncong pada kesempatan Halal bi Halal Keluarga Besar KPKS yang digelar di Padepokan Seni Keroncong & Karawitan Ngijo Gunungpati Semarang, Senin (1/5/2023).

Adji Muska merasa terharu dan menyampaikan terima kasih kepada para seniman-seniman muda yang menjaga eksistensi mempertahankan seni budaya musik keroncong. “Ternyata di sini (KPKS) tumbuh dan berkembang bibit-bibit pecinta keroncong yang mayoritas anak muda. Saya salud dan bangga karena selain memiliki visi juga punya misi yang luar biasa. Mereka sadar bahwa keroncong ini merupakan warisan budaya yang harus dilestarikan sekaligus dikembangkan dengan inovasi untuk menjangkau semua segmen usia maupun status sosial,” ungkap Adji Muska dalam sambutan sesepuh keroncong.

Adji juga menilai KPKS telah berhasil dalam melakukan pembinaan terhadap para seniman pelaku keroncong. Hal yang tampak adalah bagaimana mengedukasi para seniman yang kebanyakan lahir otodidak tapi mampu menguasai teori bermusik dan mampu membaca not serta menciptakan aransemen.

“Ini namanya seniman yang berkembang. Jadi seniman tidak sibuk mengurusi pentas dan job-job manggung, tapi mau belajar untuk meningkatkan kemampuan bermusik. Saya menilai kualitas pemain yang ada di KPKS ini sudah sangat baik. Tak hanya pemusik, para penyanyi pun sudah menguasi teknik menyanyi keroncong dengan baik,” kata Adji Muska.

Oleh karena itu, Adji Muska memberi penghargaan dengan memasangkan pin berbentuk Tanda Nada dan Mikrophone kepada tiga penyanyi KPKS, Deddy, Yuni Cimori dan Malik.

Penyemataan pin ini memiliki makna pewarisan nilai-nilai seni budaya keroncong dari sesepuh kepada generasi muda. “Saya sebagaai orang tua memandang perlu dan mempercayakan kepada mereka-mereka untuk meneruskan apa yang menjadi cita-cita dan harapan para sesepuh. Kepada KPKS saya menaruh harapan agar terus berkiprah, berkarya untuk menjaga keroncong sebagai warisan budaya.

Di didi lain, KPKS juga memberikan aalaat musik berupa Cello Gesek dan Biola produk Rumah Produksi Alat keroncong KPKS kepada Maraasmara, pimpinan Sanggar Wong Pitoe Salatiga.

Sanggar Wong Pitoe merupakan tempat pelatihan keroncong yang ada di Kota Salatiga pimpinan Maraasmara. Sampai sekarang memiliki sekitar 50 siswa terdiri dari anak-anak hingga remaja.

KPKS memandang Sanggar Wong Pitoe telah berhasil melakukan pembinaan dan mencetak generasi muda, terutaama anak-anak menjadi gemar dan menguasi permainan musik keroncong.

“Kami merasa bahagia karena bantuan alat musik dari KPKS ini akan memotivasi kami dalam bermusik. kami sekarang memiliki 50 murid dan berhasil membentuk 4 grup musik keroncong terdiri dari anak-anak hingga remaja,” ujar Maraasmara.

Ketua Dewan Pembina KPKS Amar Muchsin SPd MA yang juga sebagaai inisiator KPKS sangat memahami keresahan para sesepuh keroncong terhadap kelanjutan seni keroncong di tengah gerusan musik-musik lain.

“Keroncong saya yaakini tidak akan punah, semua ini bergantung pada para pelaku keroncong itu sendiri. Menanamkan minat dan suka terhadap keroncong tidak tepat hanya dengan menampilkan pagelaran atau pentas-pentas, melainkan harus ada ruang diskusi dan edukasi. Oleh karena itu, kami yang berprofesi sebagai dosen seni di Unnes bersama beberapa rekan tergerak untuk terjun membina para seniman keroncong. Kita latih dan didik agar mereka memiliki bekal teori bermusik. hasilnya ternyata bisa. Selain itu juga bagaimana harus bisa  memproduksi alat sendiri, dan ternyata juga bisa. bahkan alat-alat musik produk KPKS sudah banyak dipesan hingga ke beberapa negara tetangga,” ungkap Amar Muchsin.

Ade Bhakti, mantan pejabat Disbudpar Kota Semarang pun tetap ikut mengawal KPKS. Meski kini telah menjabat sebagai Camat Candisari, namun tidak mengurangi sedikit pun semangatnya mengangkat para seniman pelaku keroncong.

Ade lah yang memiliki ide seniman keroncong tersentuh penjaminan Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) sektor Non Formal.

Agung Wibowo ketua KPKS merasa sangat berterima kasih kepada Ade Bhakti, Amar Muchsin, Unnes Semarang dan para sesepuh keroncong diantaranya Adji Muska. “Perhatian mereka terhadap para seniman keroncong sangat luar biasa. Kami kini merasakan semua manfaat dari perhatian mereka. KPKS adalah organisasi atau komunitas yang mandiri, bukan penerima hibah dari APBD Pemerintah Daerah. Kami memiliki usaha UKM Produksi Alat Keroncong yang awalnya didanai bersama untuk modal usaha. Para tukangnya pun adalah para seniman KPKS sendiri,” ujar Agung Wibowo.

Sementara Bambang Wisnu, selaku Pimpinan Rumah Produksi Alat Keroncong KPKS berharap adanya pihak-pihak yang bisa mensupport usaha kerajinan alat. Terutama adanya ‘bapak’ asuh sebagaimana usaha UKM lainnya. Hal ini mengingat semakn banyaknya pesanan namun terkendala dengan modal.

“Saya berharapnya ada pihak BUMN atau BUMN yang menjadi mitra kita untuk ikut mensupport memasarkan,” ungkap Bambang Wisnu (Ranger)

Mari berbagi:

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *