Tenda Biru, 13 Tahun Mengayomi Cyclist Semarang

Javamedia.id – Tenda Biru, Seperti judul lagu mellow di era 90-an yang dibawakan oleh Desy Ratnasari. Tapi buat cyclist Semarang, ini sama sekali tidak mellow. Ini adalah sebuah kebanggaan. Bahkan Sebuah identitas bagi sekelompok cyclist yang memilih nama Tenda Biru yang disingkat Tendbir.
Komunitas ini berdiri bermula dari Luri Friyadi, Totok Tumengkar, Warno, Leo, dan Tatang bersama sekitar 13 orang cyclist lagi yang sedang nongkrong di bengkel sepeda milik Warno. Basecamp mereka di bengkel sepeda milik Warno di kawasan Jalan Seteran, Semarang ada penutup (tenda atau terpal) di depan bengkel yang warnanya biru.
“Tendbir adalah nama yang unik. Mencerminkan kesederhanaan tapi filosofi tenda bisa mengayomi semua yang di bawahnya.” tukas Tony, ketua Tenbir
Setelah 13 tahun berdiri, komunitas ini sekarang sudah mempunyai 150 anggota yang terkumpul dalam sebuah grup WhatsApp (WAG).
“Seiring bertambahnya usia klub ini, jumlah anggotanya juga semakin bertambah,” ucap Tony.
“Saat ini, jumlah anggota di WAG Tendbir sekitar 150 orang, terdiri dari anggota aktif sekitar 80 orang. Lalu, sisanya anggota non aktif ada sekitar 70 orang.”
“Anggota non aktif ini dulunya juga aktif, tetapi karena beberapa sudah sepuh dan ada yang pindah ke luar kota. Tetapi mereka masih tetap ingin menjaga silaturahmi,” ujarnya.
“Banyak yang menganggap kami ‘ganas’ karena suka ngebut. Kenyataannya tidak semua kami kuat ngebut, dan yang kuat ngebut toh juga cuma penghobi biasa bukan atlet betulan. Tetap intinya hanya sepedaan gembira kok,” tutur Aryanto, Manager Race Tenbir.
Komunitas Tendbir mempunyai jadwal rutin latihan yang padat. Hari Selasa digunakan sebagai latihan kecepatan di jalur lingkar Soekarno-Hatta di Pedurungan. Kadang Selasa juga digunakan sebagai latihan Sprint di kawasan Pantai Marina.
Hari Rabu menu utamanya adalah tanjakan menuju Mijen, Ungaran, atau Bandungan. Sedangkan hari Kamis, melatih kekompakan tim. “Paling seru hari Jumat. Ada simulasi balapan yang berjarak 20 km melewati lingkar pelabuhan Semarang. Kita biasanya sebut rute KBKB. KB adalah singkatan Kuli Bongkar,” tutur Aryanto.
Ada juga rute SEMPAG. Singkatan dari Sepedaan Minggu Pagi. Rute agak jauh hingga 100 km. Pilihannya bisa rute datar ke Demak-Kudus, atau Kendal-Weleri. Bisa juga menanjak ke Salatiga-Kopeng, Ambarawa-Bandungan, atau Weleri-Sukorejo.
Selain kegiatan rutin, Tenbir mengadakan kegiatan touring jarak jauh secara rutin.
1. Tour Cemoro Sewu (gowes dari Semarang menuju Cemoro Sewu di Tawangmangu)
Touring ini biasanya diagendakan pada awal tahun, bertepatan dengan acara peluncuran jersey edisi tahun tersebut.
2. Tour Joglosemar (gowes dari Semarang -Jogja-Klaten-Boyolali-Semarang)
Agenda ini sekitar 300 km ditempuh dalam sehari. Touring ini selalu diselenggarakan pada Minggu terakhir sebelum bulan Ramadhan.
3. Touring North Coast
Touring dengan jarak terpanjang di antara yang lain di Tendbir. Menempuh jarak 380-400 km ditempuh dalam waktu dua hari.
Event North Coast merupakan kegiatan bersepeda sembari mempromosikan pariwisata di Kota Semarang.
Tahun lalu, agenda itu digelar pada 19-20 November 2021 dengan mengambil rute dari Kota Semarang menuju ke Kota Batu, Jawa Timur.
4. Touring Lintas Pantai
Ini agenda tur dari pantai utara ke pantai selatan dari Semarang hingga Pacitan ditempuh dalam se hari. Pelaksanakannya pada akhir November 2021 kemarin.
Untuk Anda yang berdomisili di Semarang dan ingin bergabung dengan komunitas sepeda ini, bisa langsung menghubungi Tenbir lewat akun Instagramnya @tendbir_semarang.
Bicara turing, Tendbir mempunyai “jagoan turing.” Mereka menyebutkan kaum bangsawan. Antara lain adalah Widodo “Wied”, Guritno Wibisono, Rosyid, dan Danur Rispriyanto. Mereka konsisten mengikuti turing, tidak pernah mengikuti balap, jika latihan juga tidak mau berat. Tapi mereka mempunyai endurance tinggi jadi setiap even turing pasti mereka sanggup menyelesaikan rute dengan strong.
Meskipun kaum bangsawan ini saat mengikuti even turing tidak balapan, tapi tetap aja ada aroma kompetisinya. Ada target operasinya (TO) dan yang dibahas adalah siapa loading duluan, siapa kalah di tanjakan ini dan itu.
Ada juga kelompok “berandalan”. Inilah yang dibenci sekaligus dicinta oleh seluruh anggota Tendbir. “Dibenci karena suka merusak speed peloton. Dicinta karena mereka yang suka ‘bekerja’ menarik peloton melawan angin. Juga mereka kerap juara di berbagai even berskala lokal maupun nasional bawa nama Tendbir berkibar,” lanjut Aryanto.
Tendbir tidak hanya tertarik pada turing atau balapan sepeda. tapi juga penggalangan dana amal serta charity ride. Ketika bencana alam Lombok, Tendbir segera mengumpulkan bantuan dana dan disalurkan melalui lembaga rekanan Ari Puji Waluyo, salah satu anggota Tendbir.
Mendekatkan seluruh anggota plus keluarga mereka, Aryanto dan kawan-kawan mempunyai program gathering off bike setiap dua bulan sekali. Berpindah-pindah bergiliran di setiap rumah anggota.
Tendbir juga bekerjasama dengan Dinas Pariwisata Semarang untuk menjadikan turing sepeda sebagai sarana promosi “Ayo Wisata ke Semarang” sejak tahun 2015 hingga sekarang. “Ini adalah kehormatan bagi Tendbir, komunitas sepeda bisa berkontribusi untuk kota tercinta kami,” kata Aryanto*)