Disbudpar Surakarta Gelar Workshop Tembang Dolanan
SOLO, JAVAMEDIA.ID – Bertempat di The Amrani Hotel, Pemerintah Kota Surakarta Dinas Kebudayaan dan Pariwisata menyelenggarakan Workshop Tembang Dolanan dalam rangka meningkatkan Standarisasi dan Sertifikasi Sumber Daya Manusia melalui kesenian tradisional sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan jaman.
Kegiatan ini dibuka oleh Siti Khotimah, S.Sos., M.M selaku Sekretaris Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta. Adapun narasumber Dr. Suyoto, S.Kar., M.Hum dari Institut Seni Indonesia Surakarta dan Yoyok Bambang Priyambodo dari Sanggar Greget Semarang.
_Gundul-gundul Pacul gembelengan_
_Nyunggi-nyunggi wakul gembelengan_
_Wakul ngglempang segane dadi sak latar_
Lantunan lagu Gundul Pacul karya RC.Hardjo Soebrata ini, bersama sama di tembangkan oleh peserta Workshop berjumlah seratus orang yang terdiri dari guru-guru SD perwakilan dari Sekolah di Wilayah Kota Surakarta mengawali Narasumber Maestro Yoyok Bambang Priyambodo dalam penyampaian materinya.
Menurut Mas Yok panggilan akrab koreografer kenamaan Jateng dan Indonesia ini, bahwa Tembang Dolanan meskipun hanya sebuah kata-kata yang di lagukan / di tembangkan namun syair-syair tersebut _Ngemu Suraos_ – bahasa Jawa yang berarti memiliki maksud, makna dan mengandung tuntunan / ajakan yang baik.
Seperti halnya makna dalam tembang Dolanan Gundul-Gundul Pacul ini, bahwa kita sebagai manusia janganlah Gembelengan dalam bahasa Indonesia yang berarti jangan besar kepala, congkak, angkuh dan sombong, maka apa yang di sunggi / bawa di atas kepala / menjadi tugas dan kewajibanya ngglempang / tumpah, tidak mampu melaksanakan tugas, tidak ada gunanya / tidak bermanfaat dan lain sebagainya.
Mas Yok juga mengatakan,bahwa ketika masih anak – anak dulu di tahun 1970 an, Tembang Dolanan masih sering di dengarkan di Radio dan dilihat di Televisi, bahkan ikut menembangkanya / menyanyikanya tatkala sore hari menjelang petang sambil Dolanan/bermain.
Hal tersebut hampir tiap hari dilakukan oleh anak- anak yang tanpa disadari bahwa di dalam Tembang Dolanan yg di nyanyikan dan dilakulan secara turun temurun dari para Orang Tua kepada anak-anak mengandung makna yang begitu dalam guna memupuk dan menanamkan rasa Kebersamaan, Gotong Royong, Mawas diri serta merupakan Kegiatan yang menyenangkan / Rekreatif disamping untuk mengisi waktu luang.
Dialog dan diskusi pada Workshop tidak terasa membosankan karena disela sela paparanya, Mas Yok kembali mengajak peserta untuk melantunkan Tembang.
_Mubeng-mubeng muter-muter_
_Angine saya gede saya banter mubenge_
_Thok thok thok thok, thok thok gawe seneng_
_Ati bungah tumprap bocah-bocah_
_Kitiran-kitiran nora ketinggalan_
_Nadyan Jaman maju, Kitiran dadi klangenan_
Syair lagu Kitiran tersebut merupakan salah satu karya maestro Yoyok Bambang Priyambodo yang di tulis pada tahun 2015 dan sudah diwujudkan dalam Tari Kitiran dan di Tayangkan di Chanel Youtube Sanggar Greget.
Syair Tembang Kitiran ini mengandung tentang pengertian bahwa Dunia ini berputar, kadang kita bisa berada di atas dan di bawah, semakin tinggi cita-cita dan Harapam serra kedudukan kita semakin besar pula godaan, rintangan, hambatan dan Usaha kita. Meski Kitiran hanya sebuah Dolanan namun Falsafah yang tersirat dan terkandung dalam Lagu / Tembang Kitiran ini masih sangat relevan.
Mas Yok berharap, Pemerintah agar dapat memberi ruang tempat bagi anak -anak untuk Bermain sambil menyanyikan Tembang Dolanan dan adanya kegiatan Pelatihan/ Workshop secara rutin dan berkelanjutan dalan penyelenggaraan Pementasan, Festival, Lomba dan perlu adanya Pencatatan dan Pendokumentasian agar tidak punah di telan jaman.