JSN45 Ditanamkan Lewat Bersepeda Napak Tilas Pertempuran 5 Hari

Semarang JavaMedia.Id– Sebanyak 50 jemaat anak muda Gereja Bethel Tabernakel KAO Puspowarno – Semarang, Minggu (19/10/2024) menggelar acara Nyepeda Napak Tilas Pertempuran 5 Hari Semarang menyusuri rute pertempuran dan mendatangi tempat-tempat bersejarah.
Kegiatan ini dipandu Sosialisator Jiwa Semangat & Nilai-nilai 1945 Markas LVRI Provinsi Jawa Tengah, Chandra AN dan didukung Markas Daerah PPM Jawa Tengah.
Pendeta GBT KAO Puspowarno Jeffry Honda Kandau MTh mengungkapkan kegiatan yang digelar tahunan dalam rangka memperingati Pertempuran 5 Hari Semarang ini dimaksudkan agar para jemaat anak Muda tidak melupakan peristiwa bersejarah bagi perjuangan bangsa di Kota Semarang. “Semangatnya harus kita serap dan teladani. Terutama bagaimana bangsa ini, khususnya rakyat Semarang yang gagah berani dan rela berkorban untuk mempertahankan kemerdekaan. Harapan kami ini juga akan melandasi jiwa jemaat kami agar menjadi pribadi yang memiliki daya juang dan rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara,” ujar Jeffry.
Sementara Chandra AN memaparkan bahwa semangat para pejuang 1945 perlu terus dikenang sebagai tonggak perjuangan melepaskan diri dari belenggu penjajahan dan dimulainya semangat membangun Indonesia yang bebas dari penjajahan dan berperan bagi perdamaian dunia.
“Oleh karena itu lah Jiwa Semangat dan Nilai-nilai 1945 ini diajarkan dan ditanamkan sebagai landasan moril serta spiritual bagi setiap generasi Indonesia. Karena di dalam JSN45 ada nilai-nilai karakter yang antara lain rela berkorban, cinta tanah air & bela negara, kesetiakawanan sosial, toleransi, persatuan dan kesatuan dan banyak lagi. Sikap-sikap ini lah yang diharapkan melekat menjadi karakter bangsa Indonesia, sehingga mampu melindungi kedaulatan bangsa dari berbagai potensi ancaman yang merongrong dari dalam maupun luar,” tegas Chandra AN.
Jurnalis yang inten menulis sejarah perjuangan rakyat Semarang dalam Pertempuran 5 Hari Semarang ini mengupas betapa heroiknya warga Semarang dalam mempertahankan Kemerdekaan. Penindasan yang dilakukan tentara pendudukan Jepang mampu dibalas melalui tindakan yang tak kalah keras dalam Pertempuran 5 Hari, sehingga ini menjadi pengingat Jepang betapa kebengisan yang dibalas dengan kebengisan akan meninggalkan kerugian yang mendalam.
“Pertempuran 5 Hari Semarang kedua belah pihak sama-sama merasa rugi besar. Jepang kehilangan banyak tentaranya, juga rakyat Semarang banyak yang gugur. Satu peristiwa yang memilukan saat pejuang dari BKR bernama Mas Niti Atmodjo membalas dendam atas kematian R Bisoro dengan memberondong habis ratusan tawanan Jepang di Penjara Wanita Bulu. Ini menjadi peristiwa tragis bagi tentara Jepang, yang akhirnya menjadi pertimbangan untuk mengakhiri Pertempuran 5 Hari, selain akan mendaratnya tentara Sekutu,” ungkap Chandra AN.
Peserta Nyepeda Napak Tilas dari GBT KAO dibawa menyusuri jalan Siliwangi menuju LP Wanita Bulu, Wisma Perdamaian sebagai Kantor Gubernur Jateng era 1945, Kampung Batik yang pernah dibakar Jepang, Sobokarrti tempat pembantaian Jepang, bekas Gedung Javahookokai tempat Proklamasi Kemerdekaan dibacakan Mr Wongsonegoro kali pertama di Semarang, Gedung Bojong 87 bekas Markas Angkatan Muda, Lawang Sewu dan terakhir silaturahmi ke janda Toyib Iksan, pejuang Angkatan Muda Bulu Stalan yang heroik melawan Jepang.
Di Kampung Batik, selain peserta mendapatkan pendadaran materi JSN45 juga melihat sisa peninggalan pembakaran Kampung Batik berupa pintu lemari jati yang berlubang karena ditembus tembakan peluru tentara Jepang yang kala itu menyerang dan membakar Kampung Batik pada 16 Oktober 1945.
Luwiyanto, warga Kampung Batik memaparkan, pasca dibakar Jepang Kampung Batik terus bangkit. Termasuk bagaimana mengembalikan aktifitas membatik warga dan tetap eksis sampai kini. (Gam)