Komunitas Gowes Katahati, Bersepeda Bukan Sekedar Hobi Karena Kita Harus Punya Arti 

Javamedia.id Dari desa kecil di pinggiran Semarang, yang masuk wilayah Kabupaten Demak, sebuah komunitas gowes lahir. Para pecinta gowes dari kawasan Perumnas Pucanggading ini memilih kata unik untuk nama komunitasnya. Ya, itulah Katahati, yang merupakan akronim dari KArena kiTA HArus punya arTI. 

Pimpinan Katahati, H. Wahyudin menuturkan, bersama anggota komunitas yang berjumlah 37 orang, mencari nama yang bukan saja terdengar unik, melainkan yang memiliki makna yang dalam dan inspiratif.

‘’Kami akhirnya sepakat memilih kata itu, yang unik, mudah diingat, berbau milenial, dan yang pasti memiliki makna yang sangat dalam, bahwa sebagai manusia, kita harus punya arti bagi orang lain, bagi masyarakat di sekitar kita,’’ ungkap Wahyudin, Kamis (10/3). 

Sejak berdiri, praktis memilih jalan: bukan hanya sekadar menyalurkan hobi gowes belaka, melainkan membuat kegiatan yang bermanfaat bagi masyarakat. Dengan mengusung tagline ‘’Peduli dan Berbagi’’, Katahati membuat banyak gebrakan dengan kegiatan gowes tematik. Sambil gowes di hari kelahiran, Katahati menggelar aksi sosial bagi-bagi sembako kepada masyarakat kurang mampu di sekitar kompleks Pucanggading. Aksi itu dilanjutkan dengan kegiatan bersih-bersih di bukit TVRI, dan memasang lampu jalan di kawasan tersebut yang dulu sering gelap gulita di malam hari.

Katahati juga melakukan sejumlah aksi kreatif dan inovatif seperti menggelar gowes hari merdeka dan upacara bendera pada HUT Kemerdekaan RI dengan memakai busana adat nusantara, dilanjutkan berbagi masker kepada pengguna jalan dan pedagang-pembeli di pasar tradisional, serta aksi-aksi tematik seperti gowes berkebaya di Hari Kartini dan Hari Ibu, hingga gowes ziarah ke makam pejuang Soegiarin dengan busana serba doreng dan slayer merah putih pada Hari Pahlawan.

Belum genap setahun, Katahati, praktis sudah membuat beragam gebrakan dan terobosan yang kreatif dan inovatif. 

‘’Sejak berdiri, kami memang sudah sepakat, tidak ada pihak yang dominan dan menguasai. Semuanya, mulai dari pemilihan rute gowes, tema kegiatan, DC (dress code) gowes, hingga motif dan warna jersey, dipikirkan dan disepakati bersama. Setiap anggota bebas menyampaikan ide, usul, kreasi, tapi untuk hasil akhir tetap diputuskan bersama. Jadi, tidak ada yang bisa memaksakan kehendak atau idenya sendiri, karena semua harus diputuskan dan disepakati bersama,’’ tegas Abah Udin atau Pak Haji, panggilan akrabnya.

Menurut dia, hal itu merupakan bagian dari penghormatan kepada filosofi Katahati, dimana semua keputusan harus atas dasar suara atau kata hati. ‘’Termasuk mereka yang ingin bergabung atau akhirnya memilih tidak aktif lagi, tak ada paksaan. Karena sejak awal, bergabung atau tidak harus atas dasar kata hati,’’ ujarnya.

Alhasil, suara atau kata hati menjadi bagian tak terpisahkan dari setiap anggota yang bergabung dengan Katahati. Dengan konsep dan komitmen seperti itu, kata dia, semua kegiatan gowes dilakukan dengan nyaman. 

‘’Dalam sebuah organisasi atau kelompok, bukan berarti tidak ada gesekan, kadang ada yang baper, tapi kembali ke niat awal kita untuk mendirikan komunitas ini. Tak hanya untuk sehat, tapi harus punya arti bagi banyak orang. Endingnya, selalu manis dan guyub,’’ imbuhnya.

Lagi-lagi, semuanya bersumber dari hati. Katahati, sudah membuktikannya, ketika hati sudah berbicara, gowes berkilo-kilo meter pun, tanjakan tajam sekalipun menjadi terasa ringan….[R]

Mari berbagi:

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *