Membangun Toleransi Melalui Gerak Tari Greget

Semarang JavaMedia.Id – Sanggar Tari Greget Semarang telah berhasil membangun eksistensi dunia seni gerak tari tradisional dengan berbagai kreasinya. Banyak karya seni tari Sanggar Greget yang menjadi bagian dari produk seni tari daerah. Tak hanya di Jawa Tengah, melainkan tersebar di berbagai daerah Indonesia.
Dr Yoyok Bambang Priyambodo, pendiri sekaligus pembina Sanggar Tari Greget Semarang mengaku sudah ratusan karya tari yang diadopsi dan menjadi karya seni tari milik daerah. “Ya banyak permintaan dari beberapa daerah kepada Sanggar Tari Greget untuk dibuatkan tarian yang mengangkat potensi budaya dan sejarah daerah. Tentu dengan senang hati kami buatkan dengan dasar literasi dan riset. Setelah jadi kami serahkan dan hingga sekarang masih digunakan untuk penyambutan-penyambutan maupun hiburan,” ujar Yoyok di sanggarnya, Jalan Pamularsih 1 Semarang, Kamis (28/12/2023).
Kondisi ini menurutnya sangat baik, dimana masyarakat terutama Pemerintah Daerah mulai sadar betapa penting dan butuh produk tarian yang identik dengan budaya daerah. “Karena mungkin sudah makin sedikitnya penari yang mampu membawakan dan paham tarian daerah, maka perlu menggandeng Sanggar Tari Greget Semarang untuk melakukan pelatihan dan pembimbingan. Beruntungnya lagi, Greget juga memiliki lulusan sanggar yang tersebar di mana-mana yang juga ikut membantu melakukan pelatihan-pelatihan,” tambahnya.
Dalam mencipta seni gerak tari, khususnya kreasi tradisional, Yoyok selalu menggalinya dari nilai-nilai yang ada di dalam karakter atau budaya daerah. Suatu misal perilaku masyarakat serta sejarah yang terjadi di masa lampau. “Nilai-nilai ini lah yang selalu saya angkat agar bisa menjadi bahan pelajaran. Juga yang tak kalah penting adanya filosofi,” paparnya.
Hal yang tak kalah penting, disamapaikan Yoyok bahwa dalam seni tari itu pasti ada nilai-nilai toleransi. “Kita tidak boleh dan asal memaksakan gerak seni tanpa memandang beberapa hal yang mungkin bisa dinilai melanggar norma. Gerakan juga harus mengacu pada aspek kesopanan, keluhuran dan nilai-nilai positif yang edukatif. Nilai ini yang selalu kami jaga dan selipkan di setiap karya-karya Greget,” kata Yoyok.
Di momentum Natal 2023, Sanggar Tari Greget Semarang sukses menampilkan Sendratari ‘Sang Timur’ yang mengisahkan kelahiran Sang Juru Selamat. Semula sendratari yang dibawakan oleh seluruh murid sanggar ini hanya dientaskan di panggung Sanggar Tari Greget, namun managemen Tentren Mall Semarang memintanya tampil di Atrium Mall, Jumat (22/12/2023).
Ada hal yang menarik dalam penampilan ‘Sang Timur’. Ternyata pemainnya merupakan murid sanggar lintas agama. “Jadi semua yang membawakan tidak beragama Nasrani, melainkan ada yang muslim. Mereka tidak menganggap ini sebagai tarian peribadatan, melainkan sebuah karya seni pertunjukkan untuk menghormati dan mengapresiasi teman-teman sanggar yang merayakan Natal. Demikian juga ketika hari besar agama Islam, mereka yang beragama Kristen maupun Katolik ikut serta membawakan tarian yang sengaja diciptakan untuk mengapresiasi dan menghormati,” tambahnya.
Di sanggarnya, Yoyok tidak saja mengajarkan murid-muridnya menguasai gerak tari. Melainkan juga perilaku atau adab sesuai filosofi Jawa.
Pernah pada suatu latihan, seorang murid perempuan istirahat sambil duduk jegang. Seketika Yoyok menegur dan memberi pemahaman bahwa seorang perempuan tabu duduk jegang.
“Di Greget tidak saja kami ajarkan menari secara fisik, tetapi olah batin dan rasa juga kami tempa. Harapan kami setiap murid Sanggar Greget selain menguasai gerak tari juga memiliki pembawaan yang adi luhung,” pungkas Yoyok Bambang Priyambodo. (Adhi)