Ratusan Eks Remaja Kampung Batik Satukan Balung Pisah

Semarang JAVAMEDIA – Ada kenangan yang membuahkan perasaan haru, ketika sekitar 108 orang eks remaja Kampung Batik berkumpul di Kampoeng Djadoel kampung Batik Semarang, Minggu (5/2/2023) pagi.

Acara Kumpul Balung Pisah Eks Remaja Batik yang diinisiasi Laksamana Pertama (TNI) Joko Sulistyanto yang merupakan mantan warga Kampung Batik ini diawali dengan jalan sehat menyusuri kampung-kampung yang ada di Kampung Batik. Dipandu Chandra AN, salah seorang warga yang kini dikenal sebagai pegiat sejarah Kota Semarang, para peserta diajak mengingat tempat-tempat yang memiliki kesan di masa lalu. Salah satunya rumah kos-kosan putri di Kampung Batik Widoharjo yang selalu jadi tempat favorit remaja pria kampung bermalem mingguan.

Mereka bahkan ditunjukkan pohon mangga yang buahnya sering dirontoki remaja kala itu.

Banyak mereka yang tersipu. Bahkan menahan tawa mengingat kenakalan di masa lalu.

Hadir pula Dr Turnomo Rahardjo MSi, dosen komunikasi Undip yang juga merupakan warga asli Kampung Batik Semarang.

Mojo, panggilan akrab Turnomo Rahardjo menyampaikan kesannya atas pertemuan seluruh keluarga besar warga eks Kampung Batik, terutama mereka yang usah meninggalkan kampung halaman karena pindah. Mojo berharap silaturahmi warga eks Kampung Batik terus terjalin, apalagi sekarang sudah terdukung media sosial. “Gunakan silaturahmi ini ke arah positif, untuk membangun empati dan saling memberi spirit,” ujar Mojo.

Sementara Laksma TNI Joko Sulistyanto berpesan kepada warga dan eks warga agar selalu membangun komunikasi. “Meski kita sudah bukan warga Kampung Batik, namun kita semua wajib nyengkuyung memajukan kampung kelahiran kita. Kampoeng Djadoel yang kini menjadi ikon patut kita banggakan dan menjadi media pemersatu. Sebagai contoh hari ini, kita dipertemukan dan disatukan di Kampoeng Djadoel. Dulu tempat ini kampung biasa, tapi kini jadi luar biasa, bahkan dikunjungi turis manca negara. Kita patut bangga dan nyengkuyung. Karena impact Kampoeng Djadoel jelas pasti akan berdampak positif bagi kampung sekitarnya,” papar Perwira Tinggi TNI AL ini.

Reuni eks waega Kampung Batik ini terasa gayeng dengan kehadiran Sedulur Keroncong yang memberi hiburan musik keroncong, musik yang pernah berjaya di Kampung Batik.

“Dulu, Kampung Batik punya Orkes Keroncong namanya Tunas Bhakti. Orkes ini sering mengisi siaran RRI hingga awal tahun 1970an. Di tahun 1995 Tunas Bhakti diaktifkan kembali dan saya pimpin dengan personil baru. Kini akan kami bangkitkan lagi dengan bantuan Sedulur Keroncong dibawah support Komunitas Pelaku Keroncong Semarang (KPKS),” papar Chandra AN.

Yang menambah semarak suasana reuni ini, ternyata semua kuliner yang disajikan adalah bikinan warga dan umumnya jadi legenda, ada Nasi Kebuli Najjah, Pecel Bu Pardan, Lunpia Djadoel Bang Mus, Wedang Kacang Ijo Kandi serta lainnya.

Beberapa game yang digelar antar lain Dakon, Bekelan. Setinan / Gundu, serta merangkai karet lompat tali. (Ranger)

Mari berbagi:

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *