Resep GLEWO Kuliner Semarang Yang Punah Ditemukan

SEMARANG, Javamedia – tak sekadar dikenal dengan Lunpia sebagai makanan khas yang melegenda. Sebenarnya masih banyak kuliner atau makanan khas Semarang lainnya namun kini telah punah tergerus dengan aneka makanan dari luar yang justru jadi legenda baru.
Adalah GLEWO kuliner Khas Semarang yang punah dan baru dipopulerkan kembali oleh Walikota Semarang kala itu, Hendrar Prihadi SE MM. Hendi, panggilan akrab Hendrar Prihadi ini baru tahu setelah mendapat info dari wartawan kuliner Semarang Chandra AN.
Chandra berhasil menginventarisir makanan khas atau asli Semarang dari buyut hingga neneknya yang memang dikenal sebagai ahlinya masak hingga turun temurun.
Ditemui di Hotel Kotta, kawasan Kota Lama Semarang, Chandra AN menuturkan banyak makanan khas Semarang yang hilang atau punah lantaran tidak banyak masyarakatnya yang melestarikan dengan menyajikannya untuk makanan sehari-hari keluarga.
“Umumnya orang masak sekarang ini yang simpel-simpel, seperti nasi goreng, sop, jangan bayem dan telur dadar atau ceplok. Masak keseharian yang itu-itu saja menjadikan resep tempo dulu jadi dilupakan, ditambah tidak ada warung-warung yang menjaga resep warisan terbut untuk disajikan dalam jualannya.
Bahkan ada warung yang sengaja mengganti nama asli masakan tersebut dengan sebutan yang mudah dipahami. Misalnya Glewo Koyor menjadi Sambal Goreng Koyor. Meski jauh dari bentuk Sambal Goreng, tapi sudah terlanjur pahamnya Sambal Goreng,” ungkap Chandra AN yang datang ke Hotel Kotta dalam rangka program pengenalan kuliner Khas Semarang kepada Chef Hotel Kotta yang diinisiasi manager Hotel Kotta, Firdha, Senin (7/8/2023).
Glewo akan menjadi kuliner andalan Kota Semarang yang kini akan diboomingkan kembali. Karena sejak dikenalkan kembali, banyak yang kebingungan tentang resep dan cara pengolahan sebagaimana aslinya dulu. Umumnya mereka banyak yang memasaknya mirip Nasi Gandul, bahkan Gule Santan. Padahal menurut Chandra AN ada rasa spesifik khas Semarang.
Glewo itu sekilas mirip Kuah Mangut. Kuahnya menggunakan santan, selain menggunakan daging sapi berlemak, juga terdapat potongan tahu dan tempe. Cita rasanya cenderung ada rasa kecut asam.
“Rasa asam ini identik dengan Kota Semarang yang pada tempo dahulu terdapat pohon asam Jawa. Jadi masak pun tidak lepas dari menggunakan asam Jawa atau asam kawak,” ungkap Chandra AN.
Cara memasaknya, mula-mula pilih daging sapi yang berlemak atau terdapat sandung lamur. Bisa saja menggunakan daging koyor atau otot sapi. Daging ini direbus sampai empur dan keluar kaldunya. Rebusan daging ini lah yang akan digunakan sebagai kuah Glewo.
Untuk membuat bumbunya, tumis potongan bawang merah dan bawang putih secukupnya. Kira-kira perbandingannya 2:1 antara Bawang Merah dengan Bawang Putih. Campurkan daun salam dan potongan laos seibu jari. Tumis hingga semuanya layu.
Masukkan cabe merah yang telah direbus dan diuleg kasar. Sesuaikan selera pedas dengan mengatur seberapa banyak cabe yang dicampurkan.
Masukkan daging berikut kuah kaldunya, kemudian masukkan pula potongan tempe dan tahu putih dan campurlah dengan santan perasan kelapa atau santan instan jangan sampai kuahnya mengental.
Bumbui dengan garam, gula pasir secukupnya dan bubuhi asam serta sesuai kan selera rasa masamnya. Diamkan sampai kuah mendidih dan periksa cita rasanya hingga terasa gurih, masam dan pedas.
Umumnya pada tempo dulu, menyantap Glewo ini dipadu dengan Kerupuk Terung. Tentu sudah bisa membayangkan ya cita rasa Glewo Khas Semarang. Jangan sampai kita salah memasaknya. Glewo tidak sama dengan Mangut, nasi Gandul, apalagi Gule.
Bumbu dan cara masaknya simpel, karena orang asli Semarang umumnya suka yang simpel-simpel dan tak suka repot.
Masih ada lagi kuliner khas Semarang lainnya yang perlu didudah, antara lain Blohar Kaki Kambing, Petis Bumbon, Abing, Dendeng Ragi, Besengek, Kuah Lada, Semir, Bestik Kambing, Blekotok dan lainnya.
Nantikan ulasan lainnya di JavaMedia.Id yang khusus mengupas Kuliner Khas Semarang yang hilang. (Haidar AF)