Sate Manis Pak Isman Ungaran, Dagingnya Manis Empuk Mirip Dendeng

Javamedia.id – KOTA UNGARAN sangat terkenal sate sapinya. Adalah Sate Sapi Manis Pak Isman yang merupakan cucu dari Almarhum Mbah Sonto, cikal bakal Sate Manis Ungaran yang ngetop di tahun 1950-an.

Berada di Jalan Gatot Subroto, tepatnya sebelah Utara Pasar Ungaran, Sate Manis Pak Isman sudah banyak dan sering dikunjungi penikmat kuliber se-antero nusantara. Sate sapi manis ini berbeda dengan sate-sate sapi lainnya yang ada di Ungaran. Terutama soal bumbu dan cara pengolahannya.

Daging sapi untuk sate dipilih dari daging-daging segar dari Rumah Pemotongan Hewan (RPH). Setelah dipotong tipis-tipis, daging kemudian setengah ditumbuk agar empuk. Penumbukan daging ini juga untuk membuka jaringan pada daging agar memudahkan bumbu meresap sedalam-dalamnya.

892057dd 4694 44fe B234 Addd9f1a0f52Bumbu yang melumuri daging antara lain biji ketumbar, merica dan gula jawa yang dihaluskan ditambah beberapa bumbu rempah. Pengolahan dengan bumbu ini pun memerlukan waktu yang tak sebentar. Daging dibaluri bumbu agar manis dan gurihnya meresap. Lamanya proses pembumbuan ini bisa hingga 3 jam sampai benar-menar meresap dalam daging.

Selain daging, ada pula sate jeroan berupa babat, paru, asren, ginjel dan iso (usus). Yang paling favorit adalah sate kapor atau lemak sapi yang kenyil-kenyil mirip koyor. Semua sate ini dibumbui sama hingga cita rasanya manis gurih.

Menyantap Sate Manis ini bisa menggunakan nasi putih maupun lontong. Sambal penyerta sate pun sangat beda dengan sate sapi pada umumnya. Pak Isman meramu sambal sate dengan sambal kacang yang sengaja ditumbuk tak begitu halus agar penikmat kuliner bisa merasakan kemurnian kacang. Untuk cita rasa pedas sambal, disajikan secara terpisah potongan cabe rawit hijau dan potongan bawang merah.

Sudah pasti bila penikmat kuliner Kedaulatan Rakyat mampir dan merasakan empuknya Sate Manis Pak Isman Khas Ungaran ini pasti akan mengakui kelezatannya.

Menurut Pak Isman, pelanggan Sate Manis pada umumnya turun temurun dan banyak yang datang dari luar kota seperti Semarang, Surakarta, Yogyakarta, hingga ada yang dari Jakarta dan Medan. “Umumnya mereka dulu tinggal di Jawa dan pernah merasakan sate manis dari para orang tua mereka. Dulu eyang saya buka di dekat pasar sekitar tahun 1950-an. Saat itu menurut cerita orang tua pelanggan banyak, bahkan ada juga orang-orang asing yang masih berada di Ungaran”, ungkap Pak Ismas di warungnya.

Dari lidah para penikmat kuliner tempo dulu inilah kemudian sampai turun-temurun.

Termasuk penulis ini pernah menyambangi Sate Pak Isman bersama keluarga di tahun 1985, saat itu masih duduk di bangku SMP. Cita rasanya pun tak jauh berbeda.

Memang menurut Pak Isman resep yang digunakan dalam mengolah sate masih dipertahankan secara turun temurun dan tak ada yang berani memodifikasi dengan bumbu instan. Alasannya selain bumbu yang diciptakan Alm Eyang Sonto merupakan warisan juga takut membuat pelanggan kaget dalam mengecap rasa.

Bila bertandang ke Ungaran, silahkan mampir dan mencoba. (Dirgham)

Mari berbagi:

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *