Viral Video Bong Pay, Ini Kata Dewan Pakar PSMTI

SEMARANG, JAVAMEDIA.ID – Sebuah video viral di Semarang menunjukkan nisan bertuliskan aksara china jadi penutup selokan. Ada 17 nisan yang digunakan untuk penutup selokan di Jalan Saputan Raya itu.

Salah satu video yang viral diunggah akin X atau twitter @niwseir. Dalam. Vidoe terlihat baru nisan itu berjajar menutup selokan di depan rumah warga. Kemudian ada juga foto surat dari Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Jawa Tengah terkait pemakaian Bong Pay atau batu nisan itu.

“Dan terjadi lagi. Setelah kuburan tionghoa jadi tempat selfie/tiktokan atau apalah itu, kini batu nisan kuburan tionghoa dicuri dan dijadikan penutup selokan dan kuburannya dijadikan pembuangan sampah. Yang lucu? Warga tionghoa malah mau bangunkan tempat pembuangan permanen 😭,” tulis @niwseir.

Lurah Jomblang, Henry Nurcahyo membenarkan memang ada peristiwa tersebut. Masalah tersebut sudah terselesaikan dengan melakukan pembongkaran dan mengganti penutup selokan hari Jumat (15/3) kemarin.

“Kejadian itu sudah terselesaikan kemarin, sudah diberesin itu. Dan kemarin itu sudah kita bongkar dan sudah diambil oleh Paguyuban Tionghoa itu. Jadi tidak ada masalah. Kita serahkan ada 17 Bong Pay,” kata Henry saat dihubungi lewat telepon, Sabtu (16/3/2024).

Ia menjelaskan pemakaian Bong Pay itu karena ketidaktahuan warga karena sudah lama ada di pemukiman tersebut. Saat ini pun sudah tidak ada lagi lahan pemakaman Tionghoa di sana.

“Yang punya rumah juga nggak tahu, karena itu kan juga warisan – warisan dari mbah-mbahnya dulu. Kita sudah kembalikan, kesadaran ya sekalian edukasi,” jelas Henry.

“Sekarang (kubuuran Tionghoa) nggak ada. Di sini sudah nggak ada. Itu dulu. Berpuluh-puluh tahun yang lalu itu memang di sini memang makam Cina. Sekarang sudah nggak ada, sudah lama nggak ada. Beda dengan Kedungmundu, kan masih kan itu kan. Kalau di sini sudah nggak ada sama sekali,” imbuhnya.

Ia menegaskan hal itu murni karena kektidaktahuan warga yang sudah berlangsung lama. Henry juga menyebut Paguyuban Tionghoa juga sudah berterimakasih karena sudah memberikan 17 Bong Pay tersebut.

“Paguyuban Tionghoa ke sini, ngobrol. Mereka intinya terimakasih dengan tindaklanjut apa yang kita di sini, di wilayah yang kita lakukan. Dan mereka sendiri juga menyadari dan tidak ada unsur kesalahan di warga kita, karena ketidaktahuan dan itu sudah berlangsung lama. Dari tahun 60-an mungkin itu dulu di sini, udah lama banget,” ujarnya.

Sementara itu Dewan Pakar Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI), Dewi Susilo Budiharjo mengatakan sebenarnya tidak berharap masalah terdebut viral karena ia yakin warga tidak salah karena tidak tahun benda apa yang mereka pakai untuk penutup selokan.

“Sebenarnya harapannya tidak viral. Saya yakin warga tidak salah,” kata Dewi ditemui di MG Setos Semarang.

Ia menjelaskan video yang beredar di kanal media sosial sebenarnya video dua tahun lalu ketika ada peneliti yang membahas soal peranakan Tionghoa di Semarang. Maka Dewi heran kenapa viral sekarang.

“Ada orang yang meneliti peninggalan peranakan Tionghoa. Dia temukan Bong Pay. Sudah dishare di Youtube dua tahun lalu. Kenapa viral hari ini? Harapannya keviralan itu harus dihentikan,” jelas Dewi.

Menurutnya perlu ada edukasi lagi ke warga karena bisa saja Bong Pay itu jadi sejarah masuknya warga Tionghoa ke Semarang. Karena dari informasi, Bong Pay tersebut dari abad 16-17.

“Bisa jadi acuan kapan orang Tionghoa masuk ke Semarang, harapan bunda (Dewi) jangan sampai viral. Kita seduluran semua,” tegasnya.

PSMTI Jateng memang sempat menyurati Pemkot Semarang soal Bong Pay tersebut. Dan Dewi mengapresiasi katena sudah ada penggantian penutup selokan dari pemerintah kota.

“Akan dikumpulkan. Untuk jadi sebuah prasasti jejak kenangan karena keluarganya tidak teridentifikasi,” katanya.

Mari berbagi:

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *